PEKANBARU - Dalam upaya menyiapkan mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) agar kompeten, beretika, dan bermental profesional untuk menghadapi dunia kerja, Kementerian Agama Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam secara resmi meluncurkan program PRIMA Magang PTKI.
Menanggapi hal tersebut, Rektor UIN Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau, Leny Nofianti, menegaskan komitmen penuh institusinya terhadap PRIMA Magang.
Menurutnya, PRIMA adalah program penting dalam membekali mahasiswa dengan kompetensi kerja di era Society 5.0, yang menuntut keterampilan praktis, pengalaman lapangan, dan adaptabilitas tinggi.
"UIN Suska Riau mendukung penuh program ini melalui penyediaan fasilitas, pendamping, dan sosialisasi aktif demi mewujudkan lulusan yang unggul secara spiritual dan profesional,"ungkap Rektor, Minggu (22/6/2025).
Program PRIMA Magang ini, jelas beliau, esensial dalam membekali mahasiswa PTKI dengan kompetensi mumpuni untuk dunia kerja.
Di era teknologi informasi saat ini ijazah saja tak cukup, lulusan dituntut memiliki keterampilan praktis, pengalaman lapangan, dan adaptasi tinggi.
Rektor menambahkan, PRIMA Magang menjembatani teori dan praktik, menghasilkan mahasiswa yang tak hanya berilmu Islam, tapi juga berkompetensi lintas disiplin dan bermental tangguh.
"Komitmen UIN Suska Riau ini diwujudkan melalui kolaborasi aktif dengan Kementerian Agama, termasuk penyediaan fasilitas, pembimbing, dan sosialisasi,"terangnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Islam, H Amin Suyitno, menambahkan bahwa PRIMA hadir sebagai respons terhadap tingginya angka pengangguran lulusan perguruan tinggi yang dirilis oleh BPS pada tahun 2023.
“Ijazah saja tidak cukup. Mahasiswa harus dibekali keterampilan praktis, pengalaman kerja nyata, dan mental tangguh,” ujarnya.
Saat ini, lebih dari 160 PTKI telah bergabung dalam program PRIMA Magang, dengan lebih dari 350 mahasiswa yang telah mendaftar melalui platform digital resmi. Program ini menargetkan menjangkau 15.000 mahasiswa, menggandeng 300 mitra industri, serta melibatkan 600 PTKI hingga tahun 2029.
“Kami ingin mencetak lulusan PTKI yang menjadi agen perubahan pencipta nilai, bukan sekadar pencari kerja. Dunia kerja masa depan menuntut fleksibilitas, integritas, dan inovasi,” tutupnya. (MCR).